Perbedaan Ragam Bahasa Ilmiah dan Ragam Bahasa Sastra.


Nama    : Dewanggi Latifa Puspa W
Nim       : 17201244019
Kelas     : PBSI C 2017
Perbedaan Ragam Bahasa Ilmiah dan Ragam Bahasa Sastra.
Ada bermacam-macam ragam bahasa, salah satunya adalah bahasa sastra dan bahasa ilmiah. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan manusia yang lain, bahasa indonesia memiliki banyak ragam bahasa, namun yang sering kali dibahas adalah bahasa sastra dan bahasa ilmiah. Bahasa sastra dan bahasa ilmiah sering kali kita bandingkan, karena pada bahasa sastra dan bahasa ilmiah memiliki karakteristik yang berbeda dan memiliki kegunaan yang berbeda.
Bahasa indonesia adalah ragam bahasa indonesia yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai kegiatan yang bersifat resmi ragam bahasa indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam bahasa indonesia baku. Jadi bahasa indonesia ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok terpelajar.
Dalam penelitiannya tentang bahasa ilmiah, Hyland (2011:177-183) via Nurgiantoro, 2014: 131 mengemukakan sejumlah karakteristik bahasa ilmiah sebagai berikut.
1.      Bahasa ilmiah disusun secara sistematis dan meyakinkan agar pembaca mau menerimanya. Intinya, bahasa ilmiah disiasati dan dikembangkan sedemikian rupa lewat penalaran dan argumentasi untuk mencapai efek meyakinkan (persuasive effect)
2.      Bahasa ilmiah mengembangkan argumentasi lewat pemilihan bentuk stile yang khusus, yang khas, yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain. Berbagai bidang keilmuan tertentu lazimnya membentuk komunitasnya sendiri dengan mempergunakan model stile tertentu yang sama-sama diketahui oleh anggotanya.
3.      Tiap komunitas keilmuan memiliki stile yang berbeda untuk membahasakan ide , gagasan dan temuan penelitian; mereka juga mengembangkan struktur dan cara penalaran dan argumentasi yang tidak sama. Perbedaan stile juga disebabkan oleh adanya perbedaan kultur dan bahasa di dunia. Bahasa ilmiah pada kultur penulisannya dengan bahasa inggris, misalnya menunjukkan adanya kecenderungan sebagai berikut : (i) struktur dan tujuan ditunjukkan lebih jelas, (ii) banyak merujuk acuan mutakhir, (iii)kurang menolerasi digresi, (iv) berhati-hati dalam membuat pernyataan, dan (v) banyak memakai kata dan kalimat penghubung untuk menunjukkan adanya hubungan antar bagian yang jelas.
4.      Pengembangan penalaran dan argumentasi mencakup negosiasi antar personal dalam suatu komunitas keilmuan. Namun, penulisan karya ilmiah tidak sekedar melahirkan text. Ia juga menyiasati stile yang mampu meyakinkan,mengonstruk, dan menegosiasi hubungan sosial.
Dalam realisasinya ciri ragam ilmiah  yaitu :
1.       Cendikia: Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
2.      Lugas: Paparan bahasa yang lugas akan menghindarkan dari kesalahpahaman dan kesalahtafsiran isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.
3.      Jelas : Gagasan akan mudah dipahami apabila (1) dituangkan dalam bahasa yang jelas dan (2) hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang panjang.
4.      Formal : Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosakata, bentukan kata, dan kalimat. Contoh : wanita, daripada, bagaimana dll
5.      Objektif : Sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
6.      Konsisten : Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
7.      Bertolak dari gagasan : Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
8.      Serta ringkas dan padat : Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.
Penggunaan ragam bahasa ilmiah Penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang khas, yang spesifik, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai ragam bahasa tersendiri yang berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah, dan ada yang khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika.
Sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-samar, dan tidak bersifat taksa (ambigu). Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar informasi ilmiah yang disampaikan dapat dipahami secara jelas, objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman, persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan pembaca. Informasi dan konsep-konsep ilmiah yang disampaikan dalam bentuk karya tulis ilmiah, misalnya, laporan penelitian (studi), makalah, skripsi, tesis, dan disertasi adalah bersifat formal. Oleh karena itu, ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa baku (standar).
Ragam bahasa selanjutnya yang sering kali di bincangkan adalah ragam bahasa sastra. Sastra menurut Lukens(2003:9) via Nurgiantoro(2013:3) menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan hiuran, hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk ke dunia fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh dengan daya suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tau dan merasa terikat karenanya,” mempernainkan emosi pembaca sehingga larut dalam arus cerita.
 Bahasa sastra sangat konotatif, karena bersifat emosi, berbicara sastra sering kali hal yang muncul dalam benak adalah imajinatif, hal yang imajinatif biasanya termasuk sastra dan berbeda dengan ilmiah yang bersifat pemikiran. Namun nyatanya, sastra bukan berarti tidak ada pemikiran, karena untuk membuat sebuah karya yang memiliki emosional sangat membutuhkan pemikiran yang imajinatif.
Adapun sifat bahasa sastra, dikemukakan oleh Slamet Muljana (1954: 4) melalui Rachmad Djoko pradopo bahwa bahasa sastra itu bahasa berjiwa yang telah mengandung perasaan dan lain dari arti kamus. Didalam kamus kata itu masih dalam bahan mentah yang masih menunggu pengolahan, menunggu tugas dalam bahasa. Oleh Slamet muljana pengetahuan kata yang berjiwa disebut dengan stilistika.
Pada umumnya gaya bahasa itu merupakan penyimpangan dari bahasa normatif dan merupakan defamiliarisasi atau deotomatisasi. Mengenai konsep gaya ini, lebih lanjut dikemukakan oleh Envist (via pradopo,1997:40) sebagai berikut.
1.      Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pernyataan yang telah ada sebelumnya.
2.      Pemilihan antara berbagai pernyataan yang mungkin.
3.      Sekumpulan ciri-ciri pribadi.
4.      Penyimpangan dari norma atau kaidah.
5.      Sekumpulan ciri-ciri kolektif.
6.      Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam text yang lebih luas daripada kalimat.



Daftar pustaka
Fathu, R., Cholid, i., Hakim, L., et.al 2010”keberasaan bahasa indonesia ilmiah” .  diunduh pada tanggal 15 oktober 2018 dari https://www.scribd.com/doc/76621857/Keberadaan-Bahasa-Indonesia-Ilmiah-PDF
Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. “Ragam Bahasa Sastra”. Humaniora. Nomor IV. Universitas
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Komentar

Postingan Populer